Oleh:
Dra.
Windaniati, M.Pd
.
Abstrak
:
Konseling realitas bertumpu pada ide sentral bahwa kita memilih
sendiri perilaku kita dan oleh karena itu kita bertanggung jawab tidak hanya
atas apa yang kita lakukan tetapi juga atas bagaimana kita berpikir dan
merasakan. Arah sasaran umum dari sistem konselingnya adalah menyediakan suatu
kondisi yang akan menolong klien untuk bisa mengembangkan kekuatan psikologis
untuk mengevaluasi perilakunya sekarang, dan
untuk bisa mendapatkan perilaku yang lebih efektif. Proses belajar
berperilaku efektif ini dapat difasilitasi dengan menciptakan lingkungan
konseling yang hangat , bisa menerima, dan aplikasi berbagai prosedur konseling.
Konseling yang hangat, bias menerima dan efektif dalam aplikasi
prosedur konseling memerlukan kualitas hubungan antar pribadi yang baik antara
konselor dan klien. Hubungan antar
pribadi adalah proses sosial dimana individu-individu yang terlibat didalamnya
saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Lebih lanjut hubungan antar pribadi
adalah suatu hubungan dimana orang-orang yang terlibat dalam komunikasi
menganggap orang lain sebagai pribadi dan bukan sebagai obyek yang disamakan
dengan benda. Jadi dalam hubungan antar pribadi kedudukan dan fungsi antara
individu yang satu dengan yang lain, yaitu antara
konselor dan klien adalah setara.
Kualitas hubungan antar pribadi konselor dan klien ini dalam
konseling realitas akan sangat menentukan dalam : (1) Mempermudah memahamkan klien
tentang Teori Kontrol, (2)
Memaksimalkan fungsi dan peranan konselor, (3) Mewujudkan konsep Jantera Konseling
(Cycle of Counseling ) yang baik, (4)
Menerapkan dengan baik teknik- teknik khusus dalam konseling realitas.
Kata
– Kata Kunci : Konseling Realitas, Hubungan Antar Pribadi
Layanan
dalam bimbingan konseling salah satunya adalah layanan konseling perorangan.
Layanan konseling merupakan layanan yang teratur, terarah, dan terkontrol serta
tidak diselenggarakan secara acak ataupun seadanya. Sasaran, tujuan, kondisi
dan metodologi penyelenggaraan layanan telah digariskan dengan jelas. Sebagai
rambu-rambu pokok dalam pelaksanaan layanan konseling, Munro dkk (1979)
mengemukakan tiga dasar etika konseling, yaitu (a) kerahasiaan, (b)
keterbukaan, dan (c ) tanggung jawab
pribadi klien. Konseling yang berhasil dan bersifat etis apabila didasarkan
pada ketiga hal itu. Tidaklah pelayanan konseling bersifat etis apabila
kerahasiaan klien terlanggar, tidaklah etis suatu layanan konseling yang
diselenggarakan dalam suasana keterpaksaan klien, dan tidaklah etis suatu layanan konseling apabila tanggung jawab
klien atas tingkah lakunya sendiri
dikurangi. Sebagai tanggung jawab dan
kewajiban konselor sepenuhnya untuk mengusahakan terlaksananya ketiga
dasar etika konseling itu. Pelaksanaan asas-asas bimbingan dan konseling yang
lain dengan baik hanya mungkin apabila
ketiga dasar etika konseling itu telah diamalkan sebagaimana mestinya.
Konseling
lebih dikenal sebagai intervensi untuk
mengubah perilaku seseorang kearah yang lebih konstruktif. Konseling bergantung
kepada proses yang dipengaruhi banyak faktor, teknik, dan prosedur yang
digunakan. Teknik dan prosedur yang digunakan biasanya dari teori para praktisi
terdahulu, hasil simpulan antara apa yang telah dilakukan dan hasil yang telah
dicapai. Konseling dipandang sebagai pendekatan yang lebih ampuh, karena dalam
situasi konseling, siswa dapat mengekspresikan diri, pengalaman dan perasaannya
secara bebas, sehingga pemahaman diri dan
lingkungannya akan semakin baik serta timbul keberanian untuk mengambil keputusan secara efektif.
Dari kerakteristiknya
menggambarkan bahwa konseling merupakan hubungan kerjasama dimana klien merasa
bebas mengemukakan atau mengekspresikan dan menyatakan isu-isu yang menyangkut dirinya. Selain itu
dapat membantu mereka memecahkan
masalahnya sendiri, kemungkinan juga ada tujuan-tujuan yang mereka inginkan. Oleh karena itu kepercayaan dan
kerahasiaan klien sangat perlu diperhatikan oleh konselor.
Terdapat banyak pendekatan
konseling, yang salah satunya adalah konseling realitas. Konseling realitas bertumpu pada ide sentral
bahwa kita memilih sendiri perilaku kita dan oleh karena itu kita bertanggung
jawab tidak hanya atas apa yang kita lakukan tetapi juga atas bagaimana kita
berpikir dan merasakan. Arah sasaran umum dari sistem terapeutiknya adalah
menyediakan suatu kondisi yang akan menolong klien untuk bisa mengembangkan
kekuatan psikologis untuk mengevaluasi perilakunya sekarang, dan apabila tidak
memenuhi apa yang dibutuhkan, untuk bisa mendapatkan perilaku yang lebih
efektif. Proses belajar berperilaku efektif ini dapat difasilitasi dengan
menciptakan lingkungan konseling yang hangat , bisa menerima, dan aplikasi
berbagai prosedur konseling. Untuk mampu menerapkan prosedur – prosedur yang
telah ditetapkan sesuai dengan konseling realitas, diperlukan kualitas hubungan
antar pribadi yang baik yang dimiliki oleh konselor.
Hubungan antar pribadi adalah proses sosial dimana individu-individu yang
terlibat didalamnya saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Lebih lanjut
hubungan antar pribadi adalah suatu hubungan dimana orang-orang yang terlibat
dalam komunikasi menganggap orang lain sebagai pribadi dan bukan sebagai obyek
yang disamakan dengan benda. Jadi dalam hubungan antar pribadi kedudukan dan
fungsi antara individu yang satu dengan yang lain adalah setara.
Hubungan antar pribadi merupakan
kebutuhan dasar sebagai manusia , hal ini dapat dilihat bahwa manusia selalu
membutuhkan orang lain dalam kelangsungan hidupnya. Manusia tidak mungkin untuk
bisa terlepas dari hubungannya dengan orang lain, termasuk didalamnya proses
untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam memenuhi kebutuhannya manusia selalu
membutuhkan hubungan dengan orang lain. Bahkan yang paling ekstrimpun dalam hal
kebermaknaan manusia, manusia baru dapat dikatakan bermakna apabila manusia
dalam kapasitas sedang berhubungan dengan orang lain.
Untuk mencapai tingkat
kepercayaan klien agar klien mampu mencapai tujuan konseling yang telah
ditetapkan, agar klien dapat mengekspresikan diri, pengalaman dan perasaannya secara bebas, sehingga pemahaman diri dan
lingkungannya akan semakin baik serta timbul keberanian untuk mengambil keputusan secara efektif, maka
diperlukan kualitas hubungan antar pribadi yang baik dari konselor dalam
konseling realitas.
Tokoh dari konseling
realitas adalah William Glasser. Konseling realitas bertumpu pada ide sentral
bahwa kita memilih sendiri perilaku kita dan oleh karena itu kita bertanggung
jawab tidak hanya atas apa yang kita lakukan tetapi juga atas bagaimana kita
berpikir dan merasakan. Arah sasaran umum dari sistem konselingnya adalah
menyediakan suatu kondisi yang akan menolong klien untuk bisa mengembangkan
kekuatan psikologis untuk mengevaluasi perilakunya sekarang, dan apabila tidak
memenuhi apa yang dibutuhkan, untuk bisa mendapatkan perilaku yang lebih
efektif. Proses belajar berperilaku efektif ini dapat difasilitasi dengan
menciptakan lingkungan konseling yang hangat , bisa menerima, dan aplikasi
berbagai prosedur konseling.
Glasser
menemukan teori kontrol. Teori kontrol bertumpu pada asumsi bahwa
kita menciptakan dunia dalam diri kita sendiri yang bisa memenuhi kebutuhan
kita. Dunia dalam diri kita
tidak merefleksikan eksistensi dunia nyata, melainkan cara kita melihat
eksistensi dunia nyata. Perilaku adalah suatu usaha untuk mengontrol
persepsi kita terhadap dunia eksternal untuk bisa cocok dengan dunia internal
dan yang memberi kepuasan kebutuhan.
Premis dasar konseling realitas adalah
bahwa semua perilaku itu digerakkan dari dalam diri kita sendiri dan orang
memiliki pilihan akan apa yang mereka lakukan. Dengan asumsi orang yang telah belajar teori
kontrol akan mampu lebih efektif lagi mengontrol hidup mereka.
Konseling realitas memfokuskan pada
perbuatan serta pikiran yang dilakukan sekarang dan bukan pada pemahaman,
perasaan, pengalaman masa lampau ataupun motiv yang tidak disadari. Klien
diajar untuk mengidentifikasi keinginan mereka, dan ditantang untuk mengevaluasi
apakah yang mereka lakukan bisa memenuhi kebutuhannya, apabila tidak bisa klien
didorong untuk memformulasikan suatu rencana untur bisa berubah, dan melakukan
komitmen terhadap rencana itu, serta terus setia pada komitmennya.
Teori Kontrol bertumpu bahwa perilaku
manusia adalah bertujuan dan berasal dari dalam diri individu, dan bukanlah
merupakan kekuatan dari luar. Meskipun kekuatan dari luar memiliki pengaruh
terhadap keputusan yang kita ambil, namun perilaku kita tidak disebabkan oleh
faktor lingkungan melainkan ita dimotivasi oleh kekuatan dari dalam. Dan
perilaku kita adalah usaha kita yang terbaik untuk mendapatkan apa yang kita
inginkan dan dengan perilaku itu kita mendapatkan kontrol yang efektif atas
hidup kita.
Perilaku kita digerakkan untuk memenuhi
kebutuhan kita sebagai manusia. Ada empat kebutuhan psikologis kita, yaitu : kebutuhan
memiliki kekuasaan, kebebasan, kesenangan dan kebutuhan fikologis (kebutuhan untuk bertahan hidup ).
Otak kita berfungsi sebagai sistem kontrol untuk menolong kita bisa mendapatkan
apa yang kita inginkan.
Sasaran utama konseling realitas
adalah mengajar orang cara yang lebih baik dan
lebih efektif dalam mendapatkan apa yang mereka inginkan dalam hidup ini
tanpa membuat orang lain menderita.
C . Konsep Dasar
- Teori Kontrol Tentang Perilaku
Konsep perilaku total,
dijelaskan mirip dengan fungsi mobil. Komponen perilaku total meliputi :
Glasser, memberi tekanan pada
kedua roda depan ( berbuat dan berpikir ) dari sebuah mobil, yang
menyetir kita dan menentukan arah laju mobil. Jadi kuncinya : untuk bisa
mengubah suatu perilaku total terletak pada pemilihan untuk mengubah apa yang
kita lakukan dan pikirkan, yang nanti bisa mengubah reaksi emosional dan
psikologis dalam proses itu.
- Ciri-Ciri Konseling Realitas
Teori kontrol memberikan kerangka
konseptual konseling realitas. Oleh karena itu konseling realitas memiliki
ciri-ciri, sbb :
Konseling realitas berpendapat
neurotik dan psikotik bukanlah sesuatu yang sekedar terjadi pada diri kita,
melainkan sesuatu perilaku yang kita pilih sebagai cara untuk mengontrol dunia
kita. Mesipun perilaku tertentu bisa juga menyakitkan dan tidaj efektif, sampai
pada suatu tingkat tertentu memang bisa berguna.
Konsep identitas sukses
merupakan hal yang esensial untuk bisa memahami konseling realitas. Orang yang
memiliki identitas sukses melihat dirinya sebagai yang mampu memberi dan
menerima rasa cinta, yang merasa bahwa mereka merupakan orang yang signifikan
bagi orang lain, merasa berkuasa, merasa dirinya berharga dan mampu memenuhi
kebutuhan tanpa harus mengorbankan orang lain, sehingga memiliki kekuatan yang
menolong mereka bisa menciptakan kehidupan yang memuaskan., Sedangkan
keterikatan positif sebagai sumber utama kekuatan psikologis, yang bisa
dikembangkan dengan dua cara yaitu : berlari dan meditasi.
Konseling realitas menekankan
pada pertanggungjawaban, yaitu perilaku yang bisa memenuhi kebutuhan sendiri
tanpa mengganggu orang lain dalam proses pemenuhan itu. Orang yang bertanggung
jawab adalah otonom, artinya mereka tahu apa yang mereka inginkan dalam
hidup dan membuat rencana untuk bisa memenuhi kebutuhan tersebut. Glasser menekankan tindakan menghindari
kritik, baik dari konselor maupun dari diri sendiri.
Konseling realitas melihat transferensi sebagai cara konselor untuk
membuat dirinya tetap tersembunyi sebagai orang. Konseling ini menuntut konseling
untuk menjadi dirinya sendiri dan tidak memikirkan ataupun mengajar bahwa
dirinya memainkan peranan sebagai ayah atau ibu klien. Konselor realitas
berurusan dengan persepsi apapun yang dimiliki klien dan tidak ada usaha untuk
mengajarkan klien bahwa reaksi dan pandangan mereka tidak seperti yang mereka
nyatakan. Konselor realitas tidak menyibukkan diri dengan segala hal tentang
masa silam klien, tetapi mencari bukti tentang kemampuan klien untuk bisa
mengontrol dunia dengan sukses, sehingga klien ditolong untuk berurusan dengan
situasi yang secara langsung terkait dengan kehidupan di masa sekarang.
D. PROSES TERAPEUTIK
Sasaran keseluruhan konseling
realitas adalah agar setiap individu bisa mendapatkan cara yang lebih efektif
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan menjadi bagian suatu kelompok, kekuasaan,
kebebasan dan kesenangan. Dalam konseling terdiri dari menolong klien belajar
cara-cara untuk mendapatkan kembali kontrol terhadap hidupnya, dan untuk bisa
hidup lebih efektif. Termasuk di dalamnya berkonfrontasi dengan klien untuk
meneliti apa yang mereka lakukan, pikirkan, rasakan, untuk mendapatkan gambaran
apakah ada cara yang lebih baik bagi
mereka.
Fokus konseling realitas adalah apa yang
disadarai klien dan kemudian menolong mereka menaikkan tingkat kesadaran
itu. Setelah klien menyadari betapa
tidak efetifnya perilaku mereka untuk mengontrol dunia, akan terbuka untuk
mempelajari berbagai alternatif lain dari cara berperilaku.
Inti dari konseling realitas adalah menolong
klien untuk mengevaluasi apakah yang mereka inginkan realistik dan apakah
perilakunya bisa membantunya ke arah itu. Setelah klien melakukan evaluasi,
selanjutnya dibantu oleh konselor mendesain suatu rencana perubahan.
- Fungsi Dan Peranan Konselor
Tugas konselor realitas adalah
melibatkan diri dengan klien dan mengembangkan hubungan dengan klien. Konselor
berfungsi sebagai klien, dengan berlaku aktif dalam sesi konseling dengan
menolong klien memformulasikan rencana perbuatan yang spesifik dengan
menawarkan kepada mereka pilihan-pilihan perilaku dan mengajar mereka teori
kontrol. Konselor juga mengajar klien bagaimana caranya bisa menciptakan
identitas sukses dengan jalan mengenali dan menerima tanggung jawab atas
pilihan perilaku mereka sendiri.
- Hubungan Antara Konselor Dan Klien.
Konseling realitas menekankan
suatu pengertian dan hubungan yang sifatnya mendukung. Satu faktor yang penting
adalah kesediaan konselor untuk mengembangkan gaya terapeutik pribadi mereka,
dalam situasi yang sungguh-sungguh dan tidak tegang. Konselor harus memiliki kualitas pribadi
tertentu, yaitu : kehangatan, pengertian, tangan terbuka, kepedulian, respek
terhadap klien, keterbukaan, kesediaan untuk ditantang orang lain. Disamping
itu konselor harus mampu mendengarkan klien dan berkonfrontasi dengan klien
atas konsekuensi dari perilaku klien sekarang.
E. APLIKASI
: PROSEDUR DAN TEKNIK TERAPEUTIK
- Praktek Dari Konseling Realitas
Konseptualisasi yang paling baik untuk konseling
realitas adalah sebagai jantera konseling ( cycle of counseling ) yang
terdiri dari dua komponen utama yaitu : (a) Lingkungan konseling dan (b)
Prosedur spesifik yang membawa perubahan perilaku. Seni konseling adalah menjalin kedua komponen
menjadi jalinan yang membimbing klien untuk mengevaluasi hidup mereka dan
menetapkan untuk bergerak ke arah yang lebih efektif. Dua komponen utama dari jantera
konseling adalah :
Keterlibatan
ini terjadi melalui kombinasi proses antara mendengarkan cerita klien dan mengajukan
pertanyaan secara trampil.
Konseling
realitas mensyaratkan sikap dan perilaku konselor yang mempermudah klien ke
arah perubahan. Konselor harus yakin jika klien mampu menemukan hidup yang lebih
bertanggung jawab.
Melalui pertanyaan trampil, klien
didorong untuk mengenali, mendefinisikan dan menyatakan apa yang yang mereka
dambakan untuk bisa memenuhi kebutuhan mereka. Konseling terdiri dari
mengeksplorasi ’ album foto’ klien dan cara apa yang dinginkanya dalam upaya
menggerakkan dunia luar agar lebih dekat dengan keinginan dalam dirinya. Konselor tidak mengkritik klien dan mau
menerima sehingga klien mengungkapkan semua yang ada dalam dunia dirinya.
(2) Fokus pada perilaku sekarang
Konseling realitas menekankan pada
perilaku sekarang dan mempedulikan peristiwa masa lalu sebatas peristiwa itu
berpengaruh terhadap bagaimana klien berperilaku sekarang. Meskipun masalahnya
mungkin berakar pada masa lampau , klien perlu belajar caranya berurusan dengan
masalah itu pada masa sekarang dengan
jalan mempelajari cara yang lebih baik untuk mendapatkan yang diinginkan.
Glasser berpendapat, frustrasi macam apapun yang ada di masa lalu, tidak ada
jalan yang bisa ditempuh oleh klien dan konselor untuk menghapuskannya. Glasser
tidak mempercayai akan manfaat peninjauan kembali yang terlalu jauh tentang
masa kanak-kanak, sehingga tugas konselor adalah mengarahkan klien ke arah
berurusan dengan situasi sekarang. Klien harus belajar caranya menjalani
hidupnya tanpa harus mempertimbangkan apapun yang terjadi pada masa silam.
Konseling
realitas mengkonsentrasikan pada mengubah perilaku total, tidak hanya pada
sikap dan perasaan tetapi lebih ditekankan pada bagian berbuat dan berpikir.
Mendengarkan klien berbicara tentang perasaannya mungkin bisa produktif hanya
kalau itu dikaitkan dengan apa yang mereka lakukan. Oleh karena itu fokus konseling
realitas adalah didapatkannya kesadaran akan perilaku total, oleh karena proses
ini memberi sumbangan pada pemberian pertolongan kepada orang untuk mendapatkan
apa yang diinginkan dan untuk bisa mengembangkan penampilan diri yang positif.
(3) Membuat klien mau mengevaluasi perilaku
mereka.
Inti dari konseling realitas adalah
meminta klien untuk membuat evaluasi diri sendiri. Melalui
pertanyaan-pertanyaan yang trampil konselor menolong klien untuk bisa
mngevaluasi perilaku mereka. Konselor mendorong klien untuk membuat penilaian
terhadap sistem nilai dengan jalan mengajukan pertanyaan kepada mereka tentang
apa yang mereka inginkan, persepsi mereka dan perilaku total mereka serta
berkonfrontasi dengan klien dengan konsekuensi atas perilaku mereka, untuk
menyuruh mereka menilai kualitas perbuatan mereka. Tanpa penilaian terhadap diri sendiri ini klien
tidak akan bisa berubah.
(4) Merencanakan dan komitmen
Setelah klien menetapkan perubahan apa
yang mereka kehendaki, mereka siap mengeksplorasi perilaku lain yang mungkin
ada dan memfoprmulasikan rencana perbuatan. Setelah rencana selesai
diformulasikan bersama antara klien dan konselor, maka harus ada komitmen klien
untuk melaksanakannya. Tujuan dari rencana adalah mengatur terciptanya
pengalaman yang berhasil. Melalui fase
perencanaan konselor terus menerus mendesak klien untuk memikul tanggung jawab
atas pilihan yang telah mereka tentukan dan perbuatan yang telah mereka
lakukan. Ciri –ciri rencana yang baik : (a) Rencana haruslah dalam batas
motivasi dan kapasitas klien. (b) Sederhana dan mudah dipahami (c) Realistik
dan bisa dilakukan (d) Melibatkan perbuatan positif dan harus dinyatakan
seperti apa yang klien tidak enggan melakukannya. (e) Bisa dilaksanakan klien
dengan independen, tanpa tergantung pada orang lain. (f) Rencana yang efektif
adalah yang bisa diulang – ulang dan idealnya dilakukan tiap hari. (g) Dilaksanakan
secepat mungkin. (h) Menyangkut aktivitas yang terpusat pada proses. (i) Mengevaluasi bersama konselor apakah rencana
realistis dan bisa dilakukan, dan apakah ada kaitannya dengan apa yang
dibutuhkan klien. (j) Memiliki komitmen terhadap rencana, dan ada baiknya
ditegaskan dalam bentuk tertulis.
- Teknik Khusus Dalam Konseling Realitas
Ada empat teknik khusus yang
secara tepat bisa digunakan untuk meningkatkan praktek konseling realitas,
yaitu :
(1) Kiat dalam ketrampilan bertanya
Tujuan
dari teknik bertanya adalah : (a) untuk memasuki dunia klien. (b) untuk
mengumpulkan informasi (c) untuk memberikan informasi (d) untuk menolong klien mengambil kontrol
yang lebih efektif terhadap hidup mereka.
(2) Teknik menolong diri sendiri bagi
program perkembangan pribadi.
Program penggantian, sebagai pendekatan untuk pertumbuhan
pribadi. Program ini menolong klien untuk mengidentifikasikan keinginan
pemenuhan kebutuhan yang spesifik dan juga perilaku yang spesifik sebagai
target perubahan. Penggantian mencakup ’perilaku kerjakan itu’
sebagai pengganti ’perilaku menyerah’ dan ’perilaku gejala positif’
sebagai pengganti ’ perilaku gejala negatif’.
(3) Penggunaan humor
Humor yang terjadwalkan dengan tepat
dapat membantu dalam proses terapeutik. Setelah tercipta keterlibatan klien
penggunaan humor akan membawa hasil yang positif. Humor terapeutik membawa
pesan yang edukatif dan korektif, dan menolong klien untuk menempatkan situasi
pada suatu perspektif. Dalam humor tidak dimasukkan unsur kebencian,
ejekan,atau sikap tidak respek.
(4) Menggunakan tenik
paradoksikal.
Klien konseling realitas biasanya
didorong untuk berubah melalui prosedur langsung dan tidak berbelit-belit.
Namun adakalanya klien nampak ada sikap menentang untuk membuat rencana
perubahan, atau apabila membuat rencana mereka enggan untuk melakukannya. Pada kondisi seperti itu ada kemungkinan
untuk mengedentifikasikan paradoks.
Teknik paradoksikal menempatkan klien
pada ikatan rangkap, sehingga perubahan konseling terjadi betapa
paradoksnya arahan yang diberikan. Klien
mungkin disuruh menyempurnakan perilaku yang bermasalah.
Teknik paradoksikal merupakan
intervensi yang kuat, dan oleh karenanya teknik itu seharusnya hanya digunakan
oleh para praktisi yang telah cukup mendapatkan latihan dalam penggunaan teknik
ini, ataupun praktisi ada di bawah supervisi yang cukup ketat. Teknik paradoks
tidak digunakan dalam situasi yang tidak ada emungkinan untuk menimbulkan efek
terapeutik dan mungkin akan menjadi kontraproduktif dan tidak bisa
dipertanggungjawabkan. Ringkasnya, nilai prosedur paradoks tergantung pada
latihan dan pengalaman konselor. Namun
apabila teknik ini digunakan dalam cara dan waktu yang tepat bisa merupakan
alat terapeutik yang ampuh, yang bisa menimbulkan dampak yang serupa seperti
halnya humor dalam menolong klien melihat masalahnya dengan kaca mata yang
berbeda dan klien benar-benar belajar bagaimana tertawa atas kekurangannya,
sehingga bisa membuat suatu perubahan menjadi sesuatu yang lebih mudah.
Hubungan antar pribadi adalah
proses sosial dimana individu-individu yang terlibat didalamnya saling
berhubungan dan saling mempengaruhi. Lebih lanjut hubungan antar pribadi adalah
suatu hubungan dimana orang-orang yang terlibat dalam komunikasi menganggap
orang lain sebagai pribadi dan bukan sebagai obyek yang disamakan dengan benda.
Jadi dalam hubungan antar pribadi kedudukan dan fungsi antara individu yang
satu dengan yang lain adalah setara.
Hubungan antar pribadi merupakan
kebutuhan dasar sebagai manusia , hal ini dapat dilihat bahwa manusia selalu
membutuhkan orang lain dalam kelangsungan hidupnya. Manusia tidak mungkin untuk
bisa terlepas dari hubungannya dengan orang lain, termasuk didalamnya proses
untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam memenuhi kebutuhannya manusia selalu
membutuhkan hubungan dengan orang lain. Bahkan yang paling ekstrimpun dalam hal
kebermaknaan manusia, manusia baru dapat dikatakan bermakna apabila manusia
dalam kapasitas sedang berhubungan dengan orang lain.
Sugiyo
(2005) menjelaskan faktor-faktor yang mengembangkan hubungan antar pribadi,
yang terangkum sebagai berikut :
Sebagi makhluk pribadi manusia menyadari kelemahan
dan kelebihannya. Hubungan pribadi dimaksudkan untuk menyeimbangkan
kelemahan-kelemahan yang ada pada diri individu untu menjadi lengkap dan
terisi, berkembang menjadi lebih berarti manakala individu berhubungan dengan
orang lain.
Perbedaan motivasi merupakan pendorong tingkah
laku seseorang untuk berhubungan dengan orang lain. Hal ini dikarenakan
motivasi merupakan pendorong tingkah laku seseorang untuk mencapai tujuan
tertentu. Perbedaan motif seseorang akan berdampak pada pola hubungan antar
pribadi. Dengan demikian setiap individu yang berhubungan selalu didasari
motif-motif tertentu.
Manusia memiliki beragam kebutuhan. Yang menurut A
Maslow manusia memiliki kebutuhan fisiologis, rasa aman, sosial, penghargaan
dan perwujudan diri, yang tersusun secara berurutan dari kebutuhan yang paling
rendah hingga kebutuhan yang paling tinggi dari manusia. Kebutuhan manusia akan
menjadi dasar bagaimana individu berhubungan dengan orang lain. Yang pada
dasarnya hubungan-hubungan yang dibentuk dengan orang lain adalah sebagai upaya
dalam memenuhi kebutuhannya.
Dengan
demikian faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan antar pribadi, dapat
dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu :
Yang dimaksud adalah aspek-aspek psikis individu,
seperti kepribadian, sikap, motivasi, kebutuhan, kecenderungan, akan memberikan
pengaruh yang besar terhadap berhasil tidaknya individu berhubungan dengan
orang lain. Karena masing-masing individu memiliki content psikis yang berbeda
satu sama lain, hubungan akan berlangsung dengan baik dan berhasil apabila
masing-masing individu memiliki kemampuan untuk menyelaraskan perbedaan.
Menyelaraskan bukan berarti menghapus atau menghilangkan jati diri, tetapi
menyelaraskan perbedaan, dengan tetap unik namun menghasilkan paduan yang lebih
berkualitas. Hubungan antar pribadi yang gagal biasanya disebabkan karena
adanya salah satu pihak yang berusaha mendominasi orang lain. Jika motivasi
berhubungan hanya karena dorongan untuk menguasai orang lain, maka hubungan
yang dilakukanpun tidak akan menghasilkan sesuatu yang lebih bernilai.
Faktor fisik yang dimaksud adalah kondisi
lingkungan fisik tempat berlangsungnya suatu hubungan dalam jangka waktu yang
lama dan relatif menetap. Kondisi fisik akan mempengaruhi suasana hubungan
antar pribadi, karena merupakan faktor
eksternal yang bisa mengukuhkan atau memperburuk suatu hubungan. Hubungan antar
pribadi yang terjadi dalam lingkungan yang nyaman akan memberikan hasil yang
berbeda dibandingkan hubungan yang terjadi dalam lingkungan yang kurang nyaman.
Sebagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan antar pribadi
secara umum, hubungan antar pribadi antara konselor dan klien secara garis besar
juga dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu :
Faktor Psikis meliputi kepribadian, sikap, motivasi, kebutuhan, kecenderungan,
karakter klien dan konselor akan sangat mempengaruhi pola hubungan yang dibina. Konselor
harus memahami karakteristik masing-masing klien dan bisa memperlakukannya
dengan tepat, agar klien merasa memperoleh dukungan yang tepat dari konselor
berkaitan dengan tugas-tugasnya ataupun terkait masalah-masalah pribadinya.
Faktor fisik bukan hanya menyangkut fisik
klien dan konselor, tetapi termasuk di dalamnya ruangan yang nyaman , sekolah yang nyaman,
situasi yang
didukung fasilitas yang memadai, serta situasi sekolah secara keseluruhan akan
mempengaruhi hubungan antara klien dan konselor.
Hal-hal apa yang harus ditumbuhkan agar hubungan antara klien dan
konselor menjadi baik, :
Membentuk kesan tentang orang
lain mungkin merupakan suatu yang alami dan biasa sehingga semua orang
melakukannya, sadar atau tidak sadar. Pembentukan kesan adalah proses
mengkonversi informasi tentang orang lain menjadi kognisi atau pemikiran yang
relatif permanen tentang orang tersebut. Informasi-informasi yang kita peroleh
akan menjadi persepsi yang membentuk kerangka kognitif dasar untuk memahami
orang lain. Oleh karena itu, ketika energi yang kita keluarkan untuk
memfokuskan hal-hal yang positif tentang orang lain sama besarnya dengan energi
yang kita gunakan untuk memfokuskan pada hal-hal yang negatif tentang orang
lain, mengapa kita tidak memilih alternatif yang pertama ? karena dengan kesan
positif yang kita bentuk tentang orang lain akan sangat mempengaruhi sikap kita
selanjutnya. Hasil akhir dari pembentukan kesan akan menentukan bagaimana kita
bereaksi terhadap orang lain dan bagaimana kita memandang diri kita sendiri.
Mengelola hubungan yang
produktif dan efektif memerlukan kejujuran, ketulusan dan komitmen untuk saling
mendorong ke arah perkembangan yang positif. Hal ini tidak terjadi dengan
sendirinya, tetapi perlu diusahakan dan dikelola bersama.
Kualitas hubungan antar pribadi konserlor akan sangat
mempengaruhi keberhasilan konseling realitas, bagaimana pengaruhnya, positip atau negatif akan
sangat tergantung bagaimana kualitas hubungan yang
dimiliki konselor. Konselor yang
memiliki pribadi mantap, akan sangat menyadari profesinya, yang harus ditunjang
dengan kompetensi-kompetensi pribadi, akademik, sosial dan profesional.
Adalah hal yang
sangat bisa dimaklumi, sebagai pribadi, konselor tentu memiliki pribadi yang
sangat berbeda dengan dengan klien, tetapi dengan bekal kemampuan akademiknya dan
kemampuan praktiknya konselor dituntut mampu untuk menyelaraskan
karakter-karakter yang mungkin tidak sesuai dengan kompetensi pribadi konselor.
Kualitas
hubungan konselor dengan klien akan sangat menentukan keberhasilan konselor
dalam memahamkan dan memotivasi klien bahwa perilaku manusia adalah bertujuan dan berasal dari dalam diri
individu, dan bukanlah merupakan kekuatan dari luar. Meskipun kekuatan dari
luar memiliki pengaruh terhadap keputusan yang kita ambil, namun perilaku kita
tidak disebabkan oleh faktor lingkungan melainkan kita dimotivasi oleh kekuatan
dari dalam. Jadi konselor terus berupaya agar klien termotivasi untuk mengubah
perilaku-perilaku yang tidak dikehendakinya, karena klien memiliki keyakinan
hanya klien sendirilah yang mampu mengubah perilakunya ke arah yang lebih baik
ataupun ke arah yang lebih buruk.
Tugas konselor
realitas adalah melibatkan diri dengan klien dan mengembangkan hubungan dengan
klien. Konselor berfungsi sebagai klien, dengan berlaku aktif dalam sesi
konseling dengan menolong klien memformulasikan rencana perbuatan yang spesifik
dengan menawarkan kepada mereka pilihan-pilihan perilaku dan mengajar mereka
teori kontrol. Konselor juga mengajar klien bagaimana caranya bisa menciptakan
identitas sukses dengan jalan mengenali dan menerima tanggung jawab atas
pilihan perilaku mereka sendiri. Dengan kualitas hubungan antar pribadi yang baik antara konselor dan klien, akan
mempermudah peranan konselor dalam menolong klien dalam sesi konseling.
Konseling realitas menuntut kualitas hubungan antar pribadi yang baik yang
dimiliki konselor, karena konselor harus mampu berfungsi dan berperan dalam :
Kualitas hubungan antar
pribadi konselor sangat menentukan dalam mewujudkan konsep jantera konseling
( cycle of counseling ).Jantera konseling dimulai dengan
menegakkan hubungan kerja dengan klien, klien mengeksplorasi keinginan-keinginan,
kebutuhan dan persepsinya, serta mengeksplorasi perilaku totalnya. Klien juga
membuat evaluasi mereka sendiri tentang seberapa efektif mereka dalam usaha
mendapatkan apa yang mereka inginkan. Apabila klien ingin mencobakan perilaku
baru, maka mereka harus membuat rencana dan memiliki komitmen yang kuat atas
rencana itu. Selama proses ini konselor tidak mau menerima dalih mengapa klien
gagal untuk mengikuti rencana, tidak mengkritik klien, dan tidak mudah putus
asa karena ulah klien. Dalam mewujudkan konsep ini kekuatan hubungan antar
pribadi konselor sangat di butuhkan.
Dua komponen utama dari jantera
konseling adalah :
a. Lingkungan Konseling
Konselor memulai dengan menciptakan
lingkungan yang mendukung di mana klien bisa memulai membuat perubahan dalam
hidupnya. Keterlibatan ini terjadi melalui kombinasi proses antara mendengarkan
cerita klien dan mengajukan pertanyaan secara trampil. Cara efektif apabila
konselor mengeksplorasi gambaran yang ada dalam benak kien dan juga
keinginannya, kebutuhannya, serta persepsinya. Konselor mengaplikasikan
ketrampilan hubungan antar pribadi dengan klien, dengan menempatkan klien dalam
posisi yang setara, memberi kesempatan klien untuk mengekspresikan dirinya,
perasaannya, dan menetapkan perilaku yang ingin di capainya. Konselor mendukung
ide dan gagasan klien.
b. Prosedur Yang Membawa Perubahan.
Dalam konsep Jantera
Konseling ada prosedur yang membawa perubahan yaitu konselor harus mampu melaksanakan
prosedur tersebut untuk dapat membantu klien mencapai tujuannya. Prosedur
tersebut adalah : (1) Mengeksplorasi
keinginan, kebutuhan, dan persepsi. (2) Fokus pada perilaku sekarang (3) Membuat klien mau mengevaluasi
perilaku mereka.(4) Merencanakan dan komitmen. Dengan kulitas
hubungan antar pribadi yang baik antara konselor dan klien, konselor mampu
membatu klien dalam mengubah perilakunya.
Ada empat teknik khusus yang
secara tepat bisa digunakan untuk meningkatkan praktek konseling realitas, dan
dari empat teknik tersebut semua memrlukan kualitas hubungan antar pribadi yang
baik antara konselong dengan klien. Dengan kualitas hubungan yang baik,
konselor mampu menerapkan teknik- teknik tersebut dengan baik. Teknik – Teknik
tersebut adalah :
(1) Kiat dalam ketrampilan bertanya
Karena konseling realitas lebih banyak
menggunakan teknik mengajukan pertanyaan, maka konselor perlu secara ekstensif
mengembangkan ketrampilan bertanya. Pertanyaan terbuka yang dijadwalkan dengan
baik bisa membawa klien untuk memikirkan tentang apa yang mereka inginkan dan
untuk mengevaluasi apakah perilaku mereka membawa mereka ke arah yang ingin
mereka tuju.
(2) Teknik menolong diri sendiri bagi
program perkembangan pribadi.
Program penggantian, sebagai pendekatan untuk pertumbuhan
pribadi, memerlukan ” pertanyaan kunci ”. Konselor dengan kualitas hubungan
antar pribadi yang baik mampu mebuat pertanyaan-pertanyaan kunci. Pertanyaan
kunci menolong klien memfokuskan pada apa yang mereka lakukan dan pada apa yang
mereka rasakan. Efek pertanyaan strategis adalah bahwa klien akan mampu
mengidentifikasi cara yang spesifik dan mereka bisa menggantikan identitas
kegagalan dengan identitas positif.
(3) Penggunaan humor
Humor yang terjadwalkan dengan tepat
dapat membantu dalam proses terapeutik. Setelah tercipta keterlibatan klien
penggunaan humor akan membawa hasil yang positif. Humor terapeutik membawa pesan
yang edukatif dan korektif, dan menolong klien untuk menempatkan situasi pada
suatu perspektif. Dalam humor tidak dimasukkan unsur kebencian, ejekan,atau
sikap tidak respek.
(4) Menggunakan tenik
paradoksikal.
Klien konseling realitas biasanya
didorong untuk berubah melalui prosedur langsung dan tidak berbelit-belit.
Namun adakalanya klien nampak ada sikap menentang untuk membuat rencana
perubahan, atau apabila membuat rencana mereka enggan untuk melakukannya. Pada kondisi seperti itu ada kemungkinan
untuk mengedentifikasikan paradoks. Dengan kualitas hubungan antar pribadi yang
baik yang dimiliki konselor, konselor mampu membuat teknik paradoksi manakala
klien memerlukan konfrontasi untuk meneguhkan tujuannya ke arah perubahan.
Kualitas hubungan antar pribadi konserlor akan sangat
mempengaruhi keberhasilan konseling realitas, bagaimana pengaruhnya, positip atau negatif akan
sangat tergantung bagaimana kualitas hubungan yang
dimiliki konselor. Konselor yang
memiliki pribadi mantap, akan sangat menyadari profesinya, yang harus ditunjang
dengan kompetensi-kompetensi pribadi, akademik, sosial dan profesional
Kualitas hubungan konselor dengan klien akan sangat menentukan
keberhasilan konselor dalam memahamkan tentang teori kontrol yang pada dasarnya
adalah bahwa perilaku manusia
adalah bertujuan dan berasal dari dalam diri individu, dan bukanlah merupakan
kekuatan dari luar. Meskipun kekuatan dari luar memiliki pengaruh terhadap
keputusan yang kita ambil, namun perilaku kita tidak disebabkan oleh faktor
lingkungan melainkan kita dimotivasi oleh kekuatan dari dalam.
Disamping memahamkan teori control,
dengan kualitas hubungan antar
pribadi konselor yang baik akan memaksimalkan fungsi
dan peranan konselor dalam proses konseling sesuai dengan karakteristik
konseling realitas, dapat mewujudkan
konsep Jantera Konseling ( Cycle of
Counseling ) yang baik, dan mampu menerapkan dengan baik teknik-teknik
dalam konseling realitas.
DAFTAR PUSTAKA
Corey,G. 1995. Teori Dan Praktek Dari Konseling Dan Psikoterapi. Edisi ke empat.
Terjemahan Mulyarto. Semarang : IKIP Semarang Press.
Nurihsan, Achmad
Juntika . 2005. Strategi Layanan Bimbingan & Konseling . Bandung : PT.
Refika Aditama
Pujosuwarno. Sayekti. 1993.
Berbagai Pendekatan dalan Konseling. Yogyakarta : Kota Kembang.
Sugiyo. 2005. Komunikasi Antar
Pribadi. Semarang: UNNES PRESS
Tohirin, 2007. Bimbingan dan
Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada
Corey,G. 1995. Teori
Dan Praktek Dari Konseling Dan Psikoterapi. Edisi ke empat. Terjemahan
Mulyarto. Semarang : IKIP Semarang Press.
Ubaydillah,AN, 2005. Sinergisasi Keunggulan http://www.e-psikologi.com/download/remaja.pdf. ( 06 Oktober 2010)
Winkel, WS dan
MM Sri Hastuti. 2004. Bimbingan Konseling di Institusi Pendidikan.
Yogyakarta: Media Abadi.
0 komentar:
Post a Comment